DRAMA MALAM DAN DIA
Tuhan Maha Baik, sampai waktunya keburukan yang dilakukan dibelakangkupun terbuka lebar. Terimakasih -Ratsa Gemilang
Hujan baru saja berhenti, langit masih mendung. Tanah yang ku pinjak pun masih becek. Tidak masalah yang penting aku sudah keluar dari gedung itu. Sepuluh menit yang lalu, Aura merah begitu menyala, terasa sangat mencengkam. Keringat dingin membasahi jari jemari, kata-kata sakti keluar tanpa berhenti.
Walaupun aku tau ini adalah akhir dari cerita kami, tapi nampaknya aku sudah kehilangan focus untuk berbicara baik dengannya.
“ Mari bicara” kataku.
“ Maaf” ucap Bayu lirih.
“ Jadi cuma ini akhir dari drama yang kulihat tentang kalian?” Sandra masih duduk dengan wajah menunduk. Mungkin Sandra tidak berani meminta maaf seperti Bayu.
“ don’t leave me tsa” Kata Bayu lagi.
” whats wrong with me? Kalian tega ” airmataku jatuh begitu saja.
“ listen to me! Kamu enggak layak marah. Seharusnya aku yang marah” kata Sandra lagi.
“ Kamu benar, aku punya andil dari drama pagi ini, semoga kamu dan Sandra bahagia. okay, our relationship is over”
“ please, gak usah kayak anak kecil tsa. Aku enggak mau berakhir, dan aku belum mengiyakan maumu” jelasnya.
“ Mungkin banyak hal yang selama ini enggak ku ketahui tentangmu, dan Sandra yang notabene Sahabatku lebih mengetahui tentangmu. Jadi I’m done mas”
Aku berusaha menerima situasi yang membuat kepercayaanku kepada oranglain luntur. Tidak pernah ada rasa curiga kepada Sandra yang ternyata menjadi benalu dalam hubunganku dengan Bayu.
Aku berjalan, berjalan sesukaku. Tidak peduli dengan tatapan aneh dari pejalan kaki lainnya. Tujuanku saat ini adalah satu yaitu pulang. Memeluk mama dan bercerita tentang amarahku mala mini. Tapi, aku takut. Takut mama sakit, dan mengasihaniku yang sebenarnya hanya butuh teman untuk mendengar.
“ Kalau kamu mau mati, terusin aja jalanmu,” begitu suara yang ku dengar begitu jelas dibelakangku. Tanganku ditarik cepat, aku menoleh kesisi kananku. Ku benahi rambutku yang sudah lecek karena keringat dan hujan.
“terimakasih,” kata pertama yang kukatakan. Ku pandangi sosok laki-laki dewasa yang menarik tanganku beberapa menit yang lalu. Alhamdulillah bukan orang yang ku kenal. Aku sangat bersyukur karena besok Ketika masuk kerja tidak akan ada yang jadi lambe turah dikantor.
Dia mengangguk namun menatapku , seolah bertanya apa yang terjadi denganku. Aku menggelengkan kepala. Orang baru bukan tempat yang kucari untuk mendengarkan cerita hidupku. Orang dekat saja tidak bisa kupercayai lagi, apalagi Dia.
***
baca juga : CERPEN : NAMIRA
Mataku ingin istirahat, tapi otakku masih berfikir. Berfikir apa yang bisa membuat moodku membaik. Sepanjang jalan ku melangkah, banyak gerobak yang berjejeran. Langkah kakiku terhenti pada bapak tua yang ku lihat tidak ada pembelinya. Nampaknya aku butuh tempat yang sepi agar aku bisa konsentrasi untuk melunturkan sakit hatiku kepada bayu.
“ Pak, baksonya satu,” kataku sambil mencari tempat yang nyaman untukku.
Bapak tua itu mengangguk, dan meracik bakso yang ku pesan. Tidak lama kemudian bakso yang ku pesan sudah di hadapanku.
“ minumnya apa neng?” tanyanya lagi.
“ Es jeruk pak,” aku lalu mulai meracik bakso dengan level pedas yang kuinginkan.
Terdengar suara laki-laki yang menolongku merapat duduk disampingku.
“ kamu mau masuk rumah sakit, tuangin aja sambelnya semuanya,” ku pandangi dia dengan wajah kesal. Dia yang tidak tau siapa Namanya, yang malam ini membuntutiku hingga sekarang.
“ terimakasih sarannya,” aku mulai makan bakso yang masih panas. Keringatku mulai membasahi wajahku, bibirku panas.
“ Jangan minum es, nanti tambah panas bibirmu,” katanya lagi.
Aku tetap memilih menghabiskan es jeruk yang sudah kupesankan tadi. Rasanya begitu melegakan dahagaku.
“ kamu mau cerita? Mumpung aku masih disini,” aku menggelengkan kepala. Sudah cukup bakso dan es jeruk ini yang memulihkan tingkat kewarasanku malam ini. Untuk percaya dengan orang baru lagi rasanya sangat rendah.
“ kenalin namaku Bagas,” laki-laki yang masih berusaha menemukan jawaban dari pertanyaannya.
“ kenapa kamu kasih tau nama kamu? Padahal saya tidak bertanya,” riskan berbicara dengan orang yang tidak ku kenal dengan situasi yang tidak baik-baik saja.
Dia tertawa, dan menatapku lagi.
“ kalau kamu tidak mau cerita, tidak apa-apa. Tapi tolong pikirkan Kesehatan mentalmu,” dia memainkan ponselnya dan memperlihatkan nomor ponselnya kepadaku.
“ lalu? Rasanya kurang pantas memberikan nomor ponsel kepada oranglain yang tidak kita kenal,” kataku sambil beranjak dari kursiku.
“ malam ini kita sama. Sama-sama di bohongi dengan penuh kesadaran,” aku Kembali duduk.
“ kamu siapanya Sandra?” tanyaku dengan tatapan datar.
“bukan siapa-siapanya, hanya tetangga rumahnya yang kebetulan ada di tempat itu,” aku menghela nafas, menutupi rasa maluku. Ternyata ada yang melihat drama yang tidak pernah ku bayangkan akan ku lakoni.
“ pesanku, apapun yang sudah kamu ketahui , sudahi saja. Karena hubungan yang dibangun dengan pondasi ketidak jujuran malah akan membuat banyak korban. Bersyukurlah kamu tau waktu kalian belum terikat tunangan apalagi nikah. Jangan salahi siapa-siapa, memang begini yang terbaik,” aku mengangguk
“ terimakasih sudah menolongku untuk tetap baik-baik saja, walaupun pada kenyataannya tidak mudah,” aku berdiri lagi dan membuka aplikasi gojek untuk mengantarkanku pulang. Rasanya terlalu Lelah untuk pulang sendiri dengan berjalan kaki.
0 Komentar