IJINKAN AKU BICARA
Lelah.
Ku pikir, inilah waktu yang sangat membuatku berpikir keras. Tentang kehidupan yang dikekang karena paksaan orangtua. Aku ingin sekali bebas seperti anak-anak yang lain. Tapi, Mereka tidak pernah memikirkan apa yang anaknya inginkan. Mereka adalah orangtua ku, lebih tepatnya orangtua angkatku. Perkenalkan namaku Kinanti Senja, usiaku sekarang 16 tahun. Siswa kelas XII SMAN 1 Jayabaya.
Jujur, aku bingung. Kenapa aku bisa seperti ini.
Orangtua angkatku selalu mencukupi segala keperluan hidupku sejak aku diadopsi. Mereka baik, baik sekali. Namun bagiku ada sisi di mana baik yang mereka kasih harus ku bayar dengan segala permintaan mereka. Mulai dari berangkat dari sekolah sampai pulang ke rumah ini menunggu jemputan supir Papa Rahman. Tiba di rumah, aku harus mengikuti semua kemauan Mama Lulu yang enggak bisa ku bantah. contohnya ikut kelas private kecantikan. Astaga, aku enggak suka!
Pada kenyataan hidupku rapuh dan bobrok. Terkikis dalam kenangan dan tumpukan dosa sama orangtua kandungku dan mereka juga. Sekali lagi, aku tidak merasa tertarik mengikuti alur ini lagi. Lelahnya bukan main. Sakit ini hilang tumbuh lalu kembali. Mereka bahagia, aku enggak!
Robot?
Aku lelah bukan main. aku ingin repeat di sini. Sakit yang kurasakan hanya terasa menarik sedikit kehampaan yang kurasa sendiri. Begitu cara kalian membekukan aku, agar bisa seenaknya mem-pause hidup orang lain.
Aku tau mereka bangga denganku.
Terimakasih, namun aku muak!
Aku ingin melangkah sendiri karena kakiku, bukan karena remote control yang mereka pegang.
Aku kacau..
Hijrah ku hanya wacana, dihempas oleh gejolak emosi hari ini. Ingatan ku mengulang cerita yang tidak kunjung berpindah halaman. Kenapa hidupku dibuat rumit oleh mereka?
Aku ingin bisa membangun cita-citaku karena potensi yang memang kemampuanku. Tidakkah mereka lelah? Aku hampir ingin pergi dari sini. Hingga waktu itu, Aku lihat pertengkaran antara mereka.
Tidak ada yang menang, mereka dibuai emosi dan aku lupa siapa aku disana. Airmata ku jatuh dan mengupas luka baru. Ingin segera ku keluar dari rumah ini. aku tidak memihak siapapun dari keduanya. Bertahan di sini bukan lah ide bagus. Aku butuh piknik, aku ingin dipeluk, aku ingin didengarkan, aku ingin bicara, aku ingin mereka mendukungku.
“ kamu jangan begitu sama kinan ma, dia uda hampir masuk kuliah. Biarkan kinan ikut semua hal yang sudah papa rancang untuk masa depan dia.”
“ kamu egois! Kinan anak ku, semua yang ku kasih untuknya, karena aku sayang sama kinan!
“ kamu yang egois ma, sayangmu itu bisa bikin dia tambah ga konsentrasi belajar. Besok kinan harus ikut tes ke perguruan tinggi tempat papa kuliah dulu. Biar kinan bangga, punya papa sepertiku. Lagi pula, ini untuk masa depannya.”
Aku hanya mendengarkan mereka berdiskusi begitu kerasnya. Ya mereka sayang aku, tapi cara mereka salah!
Akhirnya aku pun berbicara
“ Kinan capek. Kinan mau bicara, tolong dengarkan kinan. Setelah itu silakan bila mama atau papa ma marah. Kinan enggak suka dipaksa lagi, walaupun itu baik bagi papa dan mama. Kinan mau mama dan papa mendukung kemampuan kinan, bukan nambah beban dipikiran kinan. Kalo kinan sakit, mama dan papa pasti cemas kan? Tapi yang sakit sebenernya pikiran kinan pa, ma. Bukan fisik kinan.”
“ mama sayang kinan, mama mau yang terbaik untuk kinan.” Kata mama sambil memelukku. Sedangkan papa diam, namun rahangnya mengeras.
“ kinan tau papa itu papa yang terbaik yang kinan punya setelah ayah radit. Mimpi kinan dulu, papa bisa kayak ayah. Kinan itu enggak butuh oranglain tau, kinan anaknya siapa, punya orangtua dua pasang. Kinan mau papa bangga karena usaha kinan, bukan karena bantuan papa”
“ maafkan papa nak”
Setiap anak ingin berkembang dengan bakat yang dimiliki. Tapi ada batasan yang membuat tidak tersalurkannya cita-cita yang ditulisnya. Dari kebanyakan faktor tersebut, pola asuh orangtua adalah contoh kecil yang pada masanya, mencekik kemampuan anak.
Kemampuan anak tidak sama, keinginan orangtua hanya karena melihat hasil pengalaman orang lain. Sedangkan faktor keberuntungan tidak pernah diperhitungkan. Cukup dukung anakmu serta beri semangat, maka bagi kami. Tidak ada yag tidak mungkin, karena doa orangtua seiring dengan doa anaknya.
0 Komentar