Semalam ibu datang dimimpi ku, namun bahagianya cuma sebatas bunga tidur. Kantuk ku hilang, aku masih mencari keberadaan ibu di dinding kamar ini.
Andai saja bisa menembus langit ke tujuh, pasti aku masih bisa bercerita seperti ibu masih ada dulu.
"Mimpi buruk ma?" Tanya suamiku yang masih lembur di depan leptopnya.
"Enggak," jawabku singkat.
" Tidurlah," katanya lagi.
Semenjak ibu sakit dan pergi meninggalkan kami untuk selamanya. Aku mengalami kesulitan tidur. Bahkan saat mataku terpejam otakku masih ready berbicara. Ada hal yang berisik dan belum ku temukan penawarnya.
Bu, kenapa cuma sebentar. Kenapa tak singgah saja yang lama. Anakmu ini rindu pelukmu. Tak terasa air mataku mengalir dalam diamku. Mulutku menahan tangis yang ingin keluar dan memecahkan heningnya malam.
"Ada masalah ma?" Dia menghampiri dan mengenggam tanganku. Suamiku bingung karena tidak menemukan jawaban yang membuat dia lega.
" Enggak," suaraku serak. Aku masih bertahan seperti ini. Tidak ingin menambah pikiran suamiku untuk memikirkan isi hatiku.
"Rindu ibu ya?" Tebakan dia yang membuatku semakin meneteskan air mataku. Sesak dan semakin jatuh membasahi pipiku.
Aku mengangguk dan menelungkupkan kepalaku di bantal.
"Tidak akan ada akhirnya bila rindu sudah datang, yang ibu butuhkan adalah doamu," katanya lagi sambil mengelus kepalaku.
Rambutku sudah berantakan tak tertata, mataku sembab dan dadaku semakin sesak. Ingat waktu yang tidak akan pernah ku lupakan. Waktu dimana ibu pergi untuk selamanya.
Bu, ibu yang tenang disana ya. Akan ku jaga segala titipanmu. Walaupun tak sepandai waktu ibu menjaganya.
Bu, tunggu besok ya. Mima datang kerumahmu. Maaf akhir-akhir ini tidak datang seperti dulu.
"Jangan melamun, otakmu butuh istirahat. Berpikir ada waktunya." Kata suamiku lagi
"Iya mas," hanya itu yang bisa ku ucapkan kepadanya.
"Semakin keras kamu berpikir untuk mengembalikan masa itu, kamu tidak akan pernah bisa. Karena takdir itu adalah ketetapan Allah bukan milik manusia," aku mengangguk dan memeluknya. Melepaskan emosi yang sudah pecah menembus dinginnya malam.
"Terimakasih mas sudah menemaniku, maaf menganggu waktumu hanya untuk menenangkanku," kataku lagi.
Dia tersenyum dan keluar kamar. lalu membuatkanku susu hangat, agar aku bisa tertidur lelap.
0 Komentar