Pagi ini pukul 06.20 Aku sudah berada di sekolah. Ayahku mengantarkanku lebih cepat 10 menit dari biasanya karena ada rapat di kantornya. Tidak ada masalah bagiku karena sudah terbiasa berangkat pagi.

" Nanti pulangnya di jemput kakak ya dek, " begitu kata ayahku sambil mengelus kepalaku. Aku mengangguk dan menyalami ayahku seperti biasanya.

Perjalanan ke kelas pagi ini masih sepi, cuma sudah ada beberapa kendaraan yang terlihat terparkir di belakang masjid. Untuk menuju kelasku memerlukan waktu ± 3 menit, karena harus menuruni tangga dua kali. Karena posisi kelasku berada di paling bawah.

" Kamu jangan sering melamun," kata Tomi temanku dari kelas X-3 berlalu menepuk pundakku.

" Enggak, aku cuma sedang menikmati suasana pagi." Jawabku biasa.

" Sini deh, nanti aku cerita, " aku menatap punggung belakangnya dan mengangguk saja agar energi ku tidak terbuang sia-sia.

Aku kenal Tomi dari MOS satu bulan yang lalu. Aku tidak begitu dekat atau akrab dengannya cuma gelagatnya memang kadang kala membuat orang lain bingung termasuk aku.

"Kelasku kemarin jendelanya goyang-goyang sendiri," katanya sambil duduk dan membuka bekal yang dibawanya.

" Mungkin angin," kataku sambil tersenyum.

" Mana ada angin yang cuma bisa goyangin satu jendela aja," katanya lagi.

" Hahaha, Tomi Tomi. Ga mempan kalau mau cerita beginian." Aku pun meninggalkannya dan kembali ke kelasku.

"Tunggu, " Tomi dengan wajah seriusnya menatapku dengan tajam.

" Ada apalagi?" Kataku bingung. 

" Coba pakai Indra yang sudah kamu punya. Aku ngomong begini ga ke semua orang. Aku tau siapa aja yang sensitif sama hal itu," katanya lagi.

Aku pusing, Tomi adalah salah satu anak aneh. Karakternya tidak bisa di tebak. Karena dengan teman-temanku yang lain dia bisa menciptakan karakter yang berbeda.

" Emang aku punya Indra apa?" Bukannya semua orang juga punya Indra," kataku lagi sambil menyender di tiang perbatasan kelasku dan kelasnya.

" Kamu harus menerima yang ada pada dirimu ka, karena tidak semua orang dititipkan ini,"  katanya lagi dengan serius.

"Aku tiba-tiba pusing denger kamu bicara begini," kataku sambil berjalan ke kelasku.

" Dengar ka, suatu waktu nanti kalau kamu sudah siap dengan kenyataan. Aku akan datang lagi, menemanimu dan tidak akan meninggalkanmu. Tapi kamu harus siap, jangan seolah-olah tidak terjadi apa-apa," kata Tomi menggebu-gebu.

"Kamu sepertinya butuh di Ruqyah deh, aku belum bisa memahami percakapan kita pagi ini. rasanya seperti ceritamu seperti cerita fiksi. Ceritamu Kalau di buat tulisan bagus loh, aku bakal support kamu tom," kataku sambil tersenyum.

Dia menggelengkan kepala tanda tidak sepakat dengan ucapanku. 

Dan tidak terasa percakapan yang tidak ada ujungnya ini berakhir tanpa ku pahami apa yang dia maksud. 

Kami pun menjadi pusat perhatian anak-anak yang baru datang. Energiku serasa habis karena tatapan nakal mereka, siap-siap besok aku dan Tomi akan jadi berita hangat karena ulahnya pagi ini.