Hujan deras datang begitu saja, perutnya sudah minta diisi energi karena tadi pagi lupa sarapan. Kinan baru saja dapat tugas tambahan di Kampusnya, hingga sudah biasa juga harus pulang selarut ini. Lapar sudah jelas, akhirnya Kinan memutuskan delivery order via go food.
Hujan masih turun, belum keliatan ada tanda akan berhenti. Jam 22.00 tugas Kinan belum selesai juga, bersamaan juga dengan hujan yang masih setia menemani Kinan menyelesaikan tugasnya.
"Nan, nungguin siapa?" Virana adalah teman beda Prodi di Kampus kinan.
"Enggak nungguin siapa-siapa," kataku sambil mengetik.
"Nanti pulangnya bareng ya," katanya lagi.
"Gue masih lama loh, kalau mau nungguin gpp, " kataku lagi.
Virana pun langsung pulang, 15 menit kemudian makanan ku datang. perutku merasa bahagia begitu juga dengan moodku.
"Kelaperan mba," mataku langsung melihat kesampingku.
"Belum makan dari pagi mas, harap dimaklumi," kataku sambil tersenyum.
"Biasanya perempuan takut makan malem, takut gendut," katanya lagi.
"Enggak berlaku untuk orang yang kelaperan," Cakra terkekeh mendengarku berbicar.
Cakra adalah temanku dari Fakultas Ilmu Keolahragaan. Hampir setiap hari Selasa Cakra menjadikan Pendopo kampusku untuk mengerjakan tugas kampusnya sekaligus mengikuti eksta karate.
"Malah ketawa," kataku merapikan bekas makanku dan bersiap-siap melanjutkan tugasku yang belum selesai.
"Emang ga boleh ketawa," cakra duduk disampingku sambil mengeluarkan handphonenya.
"Enggak. Eh Pulang duluan ya. mumpung hujannya udah berhenti."
"Kamu menghindar," aku menatap bingung. banyak yang bilang cakra memang suka denganku. hanya saja aku menganggap seletingan itu adalah becanda belaka.
Pria tinggi, manis yang ku kenal dari masa PKKMB ini adalah teman beda kelompok yang bertemunya pun waktu mengerjakan tugas di kontrakanku.
"Ngapain menghindar?" tanyaku lagi.
"Tak anterin, Ayo." katanya sambil menggandeng tanganku.
Aku melepaskan tanganku dari tangannya. kemudian berjalan disampingnya menuju parkiran motor. Sebenernya perasaanku masih aneh, orang yang ku anggap teman pada umumnya malah bertingkah aneh malam ini.
perjalanan ini sebenarnya tidak lama. tapi perasaanku motor ini dibuat lama. jalanan masih basah, hawanya begitu dingin. untungnya tadi aku sudah selesai makan , energiku cukup untuk menghadapi cakra malam ini.
***
"Kok berhenti di danau?" tanyaku lagi.
"Dingin?" tanyanya lagi. Cakra melepaskan jaketnya dan memakainkan jaketnya dibahuku.
"Kenapa? mau ngomong apa," tanyaku sambil duduk di pinggir danau.
"Enggak kenapa-kenapa. cuma mau ngajak kamu kesini." aku heran dengan perubahan perilaku Cakra.
"Sakit?" sambil ku pegang tangannya.
"Iya sakit. ada perempuan yang gak peka," jawabnya.
"Siapa?" aku masih bingung. jantungku berdetak cepat.
"Kamu," jawabannya begitu singkat. rasanya perutku mual mendengarnya.
"Kalau kamu mengerti, pasti kamu tau bahwa aku sudah suka sama kamu dari dulu," matanya memerah seperti menahan emosi.
"Kok bisa?" kataku dengan wajah bingung.
"Enggak tau, intinya malam ini kamu sudah tau dari aku sendiri. jadi gimana?" tanyanya lagi.
"Maunya gimana?" akupun bertanya kembali. karena sejujurnya aku juga bingung harus bagaimana.
"Aku ngikutin maumu aja ," aku diam
"Aku gak mau pacaran, aku ga siap diatur-atur. balesin chat dan telpon setiap waktu,"
gerimis kecil menjadi saksi perbincangan kami malam ini. cakra memasukkan tangannya ke saku celana dan tetap memandangku.
"Sebentar lagi aku dan kamu lulus kuliah. aku mau ketemu orangtuamu," katanya lagi.
"Mau ngapain?," tanyaku lagi.
"Agar kamu jadi punyaku," jawabnya tegas.
aku tidak menjawab dan memintanya mengantarku pulang ke kontrakanku.
Malam ini panjang sekali. mataku lelah, telingaku pun ikut lelah. dinginnya malam ini tidak terasa karena pernyataan yang ku dengar dari cakra sendiri. aku tidak bisa menjawab seperti yang dinyatakan cakra. aku belum siap untuk sakit hati atau mencintai orang baru.
0 Komentar